Rabu, 26 Maret 2014

KONSEP DASAR AKUNTANSI

Sumber Konsep Dasar
Konsep dasar pada umumnya merupakan abstraksi atau konseptualitas karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya laporan keuangan. Berikut ini adalah daftar seperangkat konsep dasar dari beberapa sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
IAI mengadopsi rerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar yang dipilih juga mengikuti IASC. Konsep dasar itu adalah:
1.      Basis accrual (Accrual basis)
2.      Usaha berkelanjutan (Going concern)
Paul Grady
1.        Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi (A society and government structure honoring private property right)
2.        Entitas bisnis spesifik (Specific business entities)
3.        Usaha berlanjut (Going Concern)
4.        Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (Monetary expression in accounts)
5.        Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama (Consistency between periods for same entity)
6.        Keanekaragaman perlakuan akuntansi di antara entitas independen (Diversity in accounting among independent entities)
7.        Konservatisme (Conservatism)
8.        Keterandalan data melalui pengendalian internal(Dependability of data through internal control)
9.        Materialitas (Materiality)
10.    Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (Timeliness in financial reporting requires estimates)
Accounting Principles Board
1.        Entitas akuntansi (Accounting Entity)
2.        Usaha Berlanjut (Going concern)
3.        Pengukuran sumber dan kewajiban (Measurement of economic resources an obligations)
4.        Periode-periode waktu (Time Periods)
5.        Pengukuran dalam unit Uang (Measurement in terms of money)
6.        Akrual (Accrual)
7.        Harga Pertukaran (Exchange Price)
8.        Angka pendekatan (Approximations)
9.        Pertimbangan (Judgment)
10.    Informasi Keuangan umum (General Purpose financial information)
11.    Statement keuangan berkaitan secara mendasar (Fundamentally related financial statement)
12.    Subtansi daripada bentuk (Substance over form)
13.    Materialitas (Materiality)
Wolk, Tearney dan Dodd
1.        Usaha berlanjut (Going Concern)
2.        Periode waktu (Time periode)
3.        Entitas akuntansi (Accounting entity)
4.        Unit Moneter (Monetary unit)
Anthony, Hawkins, Merchant
1.        Pengukuran dengan unit uang (money meansurement)
2.        Entitas (entity)
3.        Usaha berlanjut (going Concern)
4.        Kost (cost)
5.        Aspek ganda (dual aspect)
6.        Periode akuntansi (accounting period)
7.        Konservatisme (conservatism)
8.        Realisasi (realization)
9.        Penandingan (matching)
10.    Konsistensi (consistency)
11.    Materialitas (materiality)
Paton dan Littleton
1.        Entitas bisnis dan kesatuan usaha (The business entity)
2.        Kontinuitas kegiatan/usaha (continuity of activity)
3.        Penghargaan sepakatan (measured consideration)
4.        Kost melekat (costs attach)
5.        Upaya dan pencapaian/hasil (effort and accomplishment)
6.        Bukti terverivikasi dan objektif (verifiable, objective evidence)
7.        Asumsi (assumptions)
Kesatuan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan berkedudukan terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi terpusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Kesatuan uasah menjadi kesatuan pelopor yang bertanggung jawab jelas kepada pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggung jelasan. Statement keuangan merupakan medium pertanggungjelasan. Bila konsep kesatuan dianut akan mempunyai batas implikasi dibawah ini:
Batas kesatuan
Batas kesatuan adalah kendali oleh satu manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan, pertimbangan akuntansi apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.
Pengertian Ekuitas
Dengan sudut pandang kesatuan usaha secara konseptual ekuitas atau modal merupakan utang atau kewajiban perusahaan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefinisian secara structural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap asset bersih sebagaimana didefinisikan dalam rerangka konseptual FASB.
Pengertian Pendapatan
Dengan konsep kesatuan, semua sumber ekonomik yang dimiliki oleh perusahaan merupakan asset perusahaan bukan pemilik. Konsep kesatuan mendefinisikan pendapatan sebagai kenaikan atau aliran masuk asset. Kalau ada aliran asset masuk (misalnya kas) yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa maka asset perusahaan akan bertambah. Kas masuk itulah yang disebut pendapatan. Pada saat terjadi pendapatan, pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik bertambah yang berarti ekuitas bertambah. Dengan demikian, definisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha.
Konsep kesatuan juga menjelaskan mengapa definisi pendapatan adalah penurunan kewajiban. Kewajiban suatu saat akan mengakibatan kas keluar. Kalau kewajiban turun tanpa dibarengi oleh keluarnya asset berarti jumlah rupiah asset yang tidak jadi keluar akhirnya akan kembali ke pemilik sehingga utang kesatuan kepada pemilik bertambah.
Pengertian Biaya
Pengertian biaya adalah penurunan asset.  Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan , menyebabkan asset berkurang. Berkurangnya asset inilah yang disebut biaya. Jadi, dapat dikatakan juga bahwa biaya mengurangi ekuitas. Penyerahan barang atau produk tidak selalu bersasal dari asset tetapi dapat berasal dari kewajiban dalam rangka menciptakan pendapatan yang akhirnya mengakibatkan turunnya asset. Jadi definisi FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha. Pendapatan, biaya, untung dan rugi merupakan penyebab perubahan ekuitas.
Sistem Berpasangan
System berpasangan merupakan konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen harus mempertanggungjelaskan asset yang dikelola dan sumber asset tersebut. Ini berarti bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan harus ditunjukkan.
Persamaan Akuntansi
Dengan konsep kesatuan usaha, elemen pendapatan dan biaya merupakan penyebab perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antarbuku besar ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
A=K+E+P-B+I-D
Karena I dan D dipandang jarang terjadi, persamaan akuntansi sering hanya dinyatakan sebagai A=K+E+P-B.  Dengan konsep kesatuaan usaha, persamaan akuntansi  merupakan persamaan spesifik atau khusus dan bukan persamaan aljabar.
Artikulasi
Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba rugi akan sama dengan laba dalam statement perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Dengan konsep kesatuan usaha, pendapatan, biaya, laba didefinisikan sebagai perubahan asset yang akhirnya mempengaruhi ekuitas
Posisi akhir: A*=K*+ E*
Posisi awal:  A  =K  + E    -
Perubahan :
Posisi awal:  A  =K  + E    
Perubahan :
Posisi akhir:
Pendefisian pendapatan dan biaya dengan sendirinya laba sebagai perubahan asset atau kewajiban sering disebut dengan pendekatan asset-kewajiban. Dengan demikian, laba merupakan konsekuensi pengukuran asset dan kewajiban sebagai focus . demikian juga, ekuitas semata-mata merupakan akibat atau produk samping pengukuran perubahan asset bersih sehingga tidak didefinisikan secara semantic seperti asset atau kewajiban.
Pendekatan pendapatan biaya, menekankan pendefinisian, pengakuan, dan pengukuran pendapatan dan biaya sehingga perubahan asset dan kewajiban dianggap sebagai akibat pengukuran pendapatan dan biaya. Sebagai konsekuensi, neraca akan dipenuhi oleh pos-pos beban tangguhan dan kredit tangguhan yang tidak memenuhi definisi asset.
Pendekatan artikulasian yaitu bahwa statement keuangan harus berartikulasi. Dengan pendekatan ini, semua perubahan asset bersih akibat transaksi dengan non pemilik dilaporkan melalui statement laba-rugi dan laba rugi komprehensif sehingga integritas statement laba-rugi dapat dipertahankan
Pendekatan nonartikulasi yaitu yang memisahkan pengukuran elemen-elemen kedua elemen tersebut.  Basis pengukuran elemen dalam kedua statement berbeda sehingga dihasilkan neraca berbasis pengukuran asset kewajiban dan statement laba rugi berbasis pengukuran biaya yang independen.
Kontinuitas Usaha
Adalah bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala , atau rencanan pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus menerus sampai waktu yang tidak terbatas.  Konsep ini implikasi terhadap makna laporan priodik, fungsi statement laba rugi dalam menentukan daya melaba jangka panjang, dan fungsi neraca dalam hubungannya dengan penilaian terhadap asset sumber ekonomik perusahaan.
Arti Penting Laporan Periodik
Laba diperoleh melalui kegiatan menyerahkan barang atau jasa yang menimbulkan biaya sebagai aliran keluar asset dan kegiatan mendatangkan pendapatan yang merupakan aliran asset masuk akibat penyerahan barang atau jasa tersebut. Kesatuan usaha juga akan mengubah sumber ekonomik yang satu menjadi yang lain secara terus-menerus untuk menyediakan barang atau jasa.
            Kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan objektif kalau perusahaan benar-benar dinyatakan berhenti, dinilai pada saat itu, dan kemudian dilikuidasi. Pelaporan keuangan lebih berkepentingan dengan daya melaba (earning power) perusahaan. Untuk satu perioda, tingkat untuk mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebut dengan tingkat imbalan investasi (rate of return on investment). Daya melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodik tersebut.
Kedudukan Statement Laba-Rugi
Untuk emngukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik masuk dan keluar kesatuan usaha (pendapatan dan biaya) harus dipenggal-penggal dengan periode waktu sebagai wadah dan penakar. Penggalan pendapatan dan biaya untuk suatu periode dituangkan dalam statement laba-rugi periodic sehingga statement laba-rugi dipandang sebagai statement yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalam rangka menilai daya melaba.
            Pemenggalan aliran data yang terus-menerus dalam penanggalan waktu sebagai penakar cenderung memutus keterkaitan antara kejadian-kejadian antarperioda yang berkaitan. Akibatnya, kalau tidak hati-hati, orang cenderung mengartikan bahwa laba besar suatu pediode merupakan indicator kesuksesan manajemen pada suatu periode tersebut padahal laba besar itu sebenarnya hasil dari penjualan yang besar akibat kampanye produk secara besar-besaran pada beberapa periode sebelumnya.
            Oleh karena itu, informasi keuangan yang dituangkan dalam statement keuangan periodic harus dianggap bersifat tentative (provisional in character) dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jangka panjang yang terdiri atas serangkaian penggalan-penggalan statement kronologis akan lebih menggambarkan kinerja secara objektif dan terandalkan dibandingkan dengan statement untuk satu penggalan waktu saja. Implikasi ini terhadap konsep terhadap standar adalah adanya ketentuan penyajian statement komparatif paling tidak untuk dua periode berturut-turut.
Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya
Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari penilaian elemen atau pos neraca dan interprestasi jumlah rupiah yang dimuat didalamnya. Tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi jasa atau sumber-sumber ekonomik yang belum dionsumsi (menjadi biaya) dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca. Dengan kata lain, neraca berfungsi untuk menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki/dikuasi kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode-periode berikutnya.
            Oleh karena itu, proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca bukanlah merupakan proses penilaian jasa yang diinterprestasi oleh kos yang melekat padanya sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan kos historis.
Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga atau panghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap traksaksi atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar.
            Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran denagn perusahaan lain. Akuntansi berfungsi untuk menyimbolkan secara tepat bermacam-macam kegiatan atau transaksi perusahaan tersebut secara kuantitatif dan bermakna sehingga informasi semantic (objek-ukuran-hubungan) dapat disampaikan dengan baik dan efektif. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek-objek homogentus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antarobjek yang bermakna.
Istilah yang Tepat
P&L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai bagi orang yang lain sehingga nilai bagi orang yang satu mungkin akan berbeda dengan nilai bagi orang yang lain sehingga nilai akan menimbulkan berbagai interprestasi. Nilai bersifat melekat pada objek sehingga bersifat objektif fan inheren.
            Pada saat transaksi terjadi, pencatatan penghargaan sepakatan atau agregat-harga memang dapat diakatakan sebagai pencatatan nilai. Tetapi beberapa saat setelah transaksi terjadi, pencatatan penghargaan sepakatan atau agregat-harga memang dapat dikatakan sebagai pencatatan nilai. Tetapi, sesaat setelah transaksi terjadi, nilai dapat berubah tetapi jumlah nominal tidak. Jumlah rupiah yang dicatat itulah yang akan tetap menjadi bahan olah akuntansi.
            P&L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk pernghargaan sepakatan karena cost terlanjut mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik.
            Kalau dikatakan bahwa perusahaan mencatat cost penjualan alih-alih penghargaan sepakatan penjualan, orang akan mengartikan perusahaan mencatat penjualan sebesar cost of production padahal maksudnya adalah pada harga jualnya. Inilah keterbatasan cost, sebagai satu istilah untuk menyatakan hal yang sama baik dari segi pembeli ataupun penjual. 
            Dengan konsep kos ini, akuntansi kemudian akan tampak mengolah satu macam bahan olah yang berasal dari berbagai macam transaksi atau kejadian bukannya mengolah bermacam-macam bahan olah yang berbeda seperti kalau digunakan istilah nilai, harga pokok, harga perolehan, atau biaya.
Jasa di Balik Kos
Potensi jasa yang ada di balik angka kos lah yang mempunyai arti penting. Perlu diingat bahwa kos merupakan salah satu atribut untuk merepresentasi secara tepat realitas kegiatan perusahaan. Di balik deretan angka-angka akuntansi terkandung potensi jasa yang berwujud fisis maupun nonfisis. Potensi jasa tersebut adalah daya, kemampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos.
Keterbatasan Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pihak eksternal dan manajemen. Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan dan kebijakann didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam, pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif dan subjektif seperti : tuntutan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, selera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alas an politik, dan sebagainya.
Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya.
            Dasar pikiran konsep ini adalah bahwa tujuan pengelemompokkan, pemecahan, dan penggabungkan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya dalam menyediakan produk dan jasa.
            Kos melekat dilandasi oleh konsep konsep kos yang disebut kos terkandung (embodied cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produs sebagai pasangan kos penggantian (displacement cost) yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan.
Saat Pengakuan Nilai Tambah
Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai factor produksi untuk menghasilkan produk baru yang manfaatnya lebih tinggi. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhisarkan kos bahan baku, kos tenaga kerja, kos jasa mesin, dan kos factor produksi lainnya sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk (product cost). Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk fisis yang dihasilkan.
Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan kemudian digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos digabungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelanggan maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual (cost of goods sold).
Upaya dan hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil tanpa upaya. Secara konseptual, pendpatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
Perlunya Basis Asosiasi
Aliran kos keluar (dispositinoing price greagates) merupakan pengukur upaya dan aliran kos masuk merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment). Ukuran keefektifan ini akan tepat apabila hasil ditandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukanlah dasar asosiasi yang tepat dan rasional antara kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.
Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha bahwa untuk menentukan kemanjuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir perusahaan itu terjadi. Penakar yang dimaksud ini tidak lain adalah dasar atau wadah penandiangan antara biaya dan pendapatan.
Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi beralih kepada periode waktu sebagai penakar untuk dijadikan dasar dalam menangingkan (matching) kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Periode akuntansi merupakan penakar pengganti yang memang sudah dilaksanakan tetapi konsep dasarnya tetap yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu periode maka pendapatan dari hasil penjualan sejumlah produk (atau jasa) harus ditandingkan dengan biaya yang keluar dari kesatuan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Laba Akuntansi versus Ekonomik
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dengan konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan laba struktural atau formal. Disebut laba formal karena laba diperoleh sebagai hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini adalah prinsip atau standar akuntansi). Karena perbedaan konsep dasar, pengertian dan tujuan, laba akuntansi dapat berbeda maknanya. (bahkan memang demikian) dengan laba ekonomik atau laba material yang sering digunakan dalam ekonomika atau perpajakan. Namun demikian akuntansi juga meng upayakan agar laba akuntansi sedapat-dapatnya merupakan representasi atau proksi laba ekonomik.
Kos Aktual
Dalam menandingkan upaya dengan hasil, akuntansi hanyalah membandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transaction). Dengan kata lain, biaya sesungguhnya adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata (real) sehingga kos hipotesis atau asumsian (hypothetical atau imputed cost) tidak diakui.
Asas Akrual atau Himpun
Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events), berjalannya waktu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan (matching), akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya tunai. Konsep dasar akrual yang diajukan APB sebenarnya merupakan turunan konsep dasar ini.
            Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut.
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Depresiasi untuk suatu perioda harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh asset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian asset tersebut. Seluruh potensi jasa asset tetap (depresiasi total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung di dalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya.
Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetap merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi. Misalnya, suatu perusahaan membeli alat pengangkutan (truk) dengan kapasitas angkut lima ton dan  menentukan bahwa depresiasi didasarkan atas metoda garis lurus. Masalahnya adalah kalau truk tersebut tidak selalu dipakai atau mengangkut barang kurang dari lima ton, apakah biaya depresiasi harus dikurangi?
            Depresiasi total truk tersebut dapat disamakan dengan kos sewa truk tersebut dengan tarif sewa atas dasar waktu (misalnya tahun) dan seluruh kos sewa telah dibayar di muka. Walaupun truk tersebut tidak dipakai atau dipakai di bawah kapasits, biaya sewa tiap tahun tetap terjadi sebesar tariff (kos per tahun) yang telah disepakati dan berapapun besarnya biaya ini akan tetap merupakan pengurangan pendapatan. Meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk memisahkan dalam laporan laba-rugi bagian depresiasi tahun berjalan yang merepresentasi kapasitas menganggur.
Pos-pos Luar Biasa
Sebagai konsekuensi konsep dasar kontinuitas usaha, konsep upaya dan hasil harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekadar mengakibatkan pengakruan dan penangguhan (accruing and deferring) untuk perioda berjalan tetapi juga untuk jangka panjang. Untuk menentukan laba periodic, konsep menandingkan (matching) yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga:
a.         Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan.
b.        Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu kehilangan atau berkurangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk memperoleh hasil.
Perbedaan penyebab terjadinya laba atau rugi hanya mengisyaratkan bahwa pemisahan dan penjelasan yang cukup diperlukan. Perbedaan tersebut tidak mengisyaratkan bahwa pengaruh untung nonoperasi berbeda dengan pengaruh pos-pos pendapatan lainnya terhadap kenaikan aset atau sebaliknya bahwa pengaruh rugi nonoperasi berbeda dengan pengaruh rugi nonoperasi berbeda dengan pengaruh pos-pos biaya lainnya terhadap penurunan aset. Pendefinisian laba komprehensif dilandasi oleh konsep dasar ini.
Bukti Terverifikasi dan Objektif
Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan keberandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautentikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran , dan penangkapan atau akuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relative yaitu objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.
Arti Penting Untuk Pengauditan
Disamping penting karena membantu dalam pencapaian karakteristik kualitatif informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan kewajaran statemen keuangan. Salah satu dari kriteria kewajaran adalah bahwa pos-pos statemen keuangan didefinisi, diukur, dinilai, diakui, dan disajikan sesuai dengan PABU. Untuk menentukan kesesuaian tersebut diperlukan adanya bukti yang dapat diverifikasi dan dapat diandalkan.
Objektivitas Bukti
Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekadar bukti formal dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara bukti audit (audit evidence) dan bahan kebuktian (evidential matter). Bukti menjadi basis rasional dalam melakukan pertimbangan (judgment).
Menverifikasi berarti membuktikan kebenaran, menguji ketelitian suatu fakta, atau menguatkan/menyangkal suatu pernyataan. Bukti adalah sarana untuk memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti yang kuat adalah bukti yang dapat memberikan keyakinan tinggi akan kebenaran. Suatu pernyataan. Bukti “terverifikasi” (yang dapat diverifikasi) adalah bukti yang mempunyai sifat tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran pernyataan. “Objektif” berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (personal bias). Isitilah ini merupakan lawan kata “subjektif” yang mengisyaratkan adanya unsur personal seperti mentalitas atau hasrat untuk mengelabuhi yang mungkin mempengaruhi kekuatan bukti.
Objektivitas Relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat relative. Kegiatan usaha tidak memungkinkan untuk menjadi bahan analisis laboratorium dan tidak pula mengikuti rumus-rumus matematik. Dengan demikian fakta akuntansi tidak akan selalu bersifat objektif penuh (conclusively objective) dan dapat diverifikasi secara tuntas (completely verifiable).
Oleh karena itu, konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta bukan objektivitas mutlak. Pengertian “ditentukan secara objektif” adalah bukan alat pengukur yang hanya mempunyai dua angka penunjuk yaitu positif atau negative, tidak ada interval di antaranya. Bukti yang mendukung perlakuan akuntansi tertentu dapat bersifat sepenuhnya objektif, secara meyakinkan objektif, secara meragukan objektif, atau sama sekali tidak objektif. Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang paling objektif akan mendapat bobot paling tinggi untuk dipilih. Relativitas yang sama juga berlaku untuk keterverifikasian bukti.
Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif. Akan tetapi, bila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka pendek dan bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Misalnya, penentuan depresiasi yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila suatu aset tetap diberhentikan dari penggunaan untuk seterusnya. Demikian juga, penentuan kerugian piutang yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila pelanggan (customers) dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Dalam jangka panjang, ada risiko dari konsep objektivitas relativ yaitu bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai dengan keadaan dan fakta pada perioda masa datang. Akan tetapi, kalau fakta (bukti) yang digunakan adalah yang terbaik diperoleh (best abtainable) maka tidak ada lagi yang dapat diperbuat pada waktu itu. Terbaik diperoleh dapat mengecoh karena, “terbaik diperoleh” kadang-kadang digunakan dengan pengertian tidak lebih dari “yang tergampang atau termurah diperoleh” (cheapest obtainable). Akuntansi hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tanpa mengorbankan realibilitas. Namun, memperoleh bukti yang secara meyakinkan objektif juga memerlukan kos yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas. Tingkat objektivitas bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkat objektivitas yang tinggi tersebut tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Informasi akuntansi yang disajikan dalam statemen periodic diciptakan dan disediakan atas dasar objektivitas jangka panjang. Dengan konsep dasar inik akuntansi dapat menggunakan taksiran-taksiran dan aproksimasi sebagaimana konsep yang diajukan dalam APB No. 4.
Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya. Berikut ini adalah beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan penalaran dalam memilih konsep yang relevan.
Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap dipertimbangkan dalam proses pelaporan. Tingkat kegagalan usaha adalah tingkat terutama untuk perusahaan perseorangan yang kecil. Gejala kebangkrutan dalam masa berikutnya kadang-kadang lebih menonjol dari pada pertumbuhan yang berlangsung terus. Beberapa perusahaan yang baru didirikan tidak pernah menikmati kesuksesan usaha dalam perioda selanjutnya sehingga dibubarkan segera.
Perioda Satu Tahun
Pelaporan periodic dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan “penakaran” terhadap pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya digunakan adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku fiskal. Untuk perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur pada umumnya, penggunaan perioda sebagai penakar pengukuran adalah lebih unggul ditinjau dari segi kepraktisan dibandingkan dengan penakar yang lain. Namun demikian, perlu diingat bahwa terdapat keterbatasan statemen laba-rugi tahunan sebagai indikator kemajuan perusahaan yang hidup terus. Sampai tingkat tertentu, indikator tahunan semacam itu bagaimanapun baiknya selalu bersifat sementara (tentatif).
Kos Sebagai Bahan Olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan oleh akuntansi didasarkan atas asumsi bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar pada saat terjadinya. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan. Acapkali terjadi bahwa pihak-pihak yang melakukan transaksi tidak bertindak sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar yang berlaku. Para pelaku transaksi mungkin tidak mempunyai informasi yang sama atau tidak mempunyai kehendak yang sama untuk melakukan transaksi. Sering juga terjadi bahwa transaksi dilakukan dengan tidak bijaksana atau serampangan. Kalau para pihak tersebut sama sekali tidak bebas melakukan keputusan, maka pertimbangan-pertimbangan nonekonomik mungkin akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap objektivitas kos.
Daya Beli Uang Stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam perioda-perioda yang mengalami inflasi cukup tinggi asumsi tersebut jelas tidak berlaku (valid) lagi untuk tujuan-tujuan tertentu. Kebermanfaatan informasi akuntansi menghadapi tantangan pada masalah ini. Namu, tidak berarti bahwa akuntansi sebagai penyedia data dasar (basic quantitative data) berupa kos historis menjadi berkurang fungsi dan kekuatannya.
Tujuan Mencari Laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba. Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya. Memang benar bahwa kalau perusahaan dikelola oleh pemerintahan tujuan mencari laba ditekan sampai minimal, namau demikian cukup beralasanlah dalam hal ini untuk menganggap bahwa biaya harus terjadi atau dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan guna menutup (mengkompensasi) biaya tersebut dan bahwa prestasi dan kelangsungan hidup perusahaan harus dievaluasi paling tidak atas dasar kemampuan pendapatan menutup biaya.
Konsep Dasar Lain
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L di atas merupakan konsep-konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan antara konsep-konsep dasar tersebut dengan konsep dasar dari sumber lain yang berpaut. Berikut ini adalah beberapa konsep yang belum dicakupi konsep dasar P&L dan cukup penting untuk dibahas.
Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusunan standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnya meskipun makna menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.
Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan.
Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan kepada mereka yang memiliki hak atas suatu kekayaan (property rights). Berdasarkan Undang-Undang Dasar, beberapa kekayaan di Indonesia tidak dapat dimiliki secara pribadi yaitu kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Keanekaragaman Akuntansi Antar Entitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi antar kesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya.
Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat saling diperbandingkan antar perusahaan dalam batas-batas yang layak. Oleh karena itu, akuntansi tidak berusaha untuk menekankan keseragaman mutlak (melalui akuntansi standardisasian atau standardized accounting) tetapi lebih menekankan pada penentuan pedoman-pedoman umum yang memberikan keleluasaan untuk memilih perlakuan yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing kesatuan usaha dalam batas-batas yang realistic sehingga pembandingan antar kesatuan usaha masih tetap memberikan makna yang cukup berarti.
Konservatisma
Konservatisma adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
Implikasi konsep ini terhadap pelaporan keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan terjadi tetapi tidak mengantisipasi (mengakui lebih dahulu) untung atau pendapatan yang akan dating walaupun kemungkinan terjadinya besar.
Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep yang diajukan Grady ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi bukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu, pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai bukti, auditor harus menilai (to assess) struktur pengendalian internal kesatuan usaha yang diauditnya.
Manfaat Konsep Dasar
Walaupun telah disinggung sebelumnya bahwa konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusun standar dalam berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar. Dalam tiap standar yang diterbitkan (Statement of Financial Accounting Standards), misalnya, FASB menyertakan bagian yang disebut Basis Penyimpulan (Basis for Conclusions atau Background Information) yang di dalamnya terrefleksi konsep dasar yang dianut baik secara eksplisit maupun implicit. P&L menegaskan bahwa penyusunan standar harus dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih (hall-marks of clear thinking).
Gagasan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Kam (1990) yang menyatakan bahwa praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula (good practice is based on good theory). Bahwa standar harus objektif dan tidak memihak (impersonal and impartial) berarti bahwa standar harus bebas dari selera dan kepentingan pribadi atau kelompok. Pemilihan istilah, misalnya, harus didasarkan atas pikiran yang jernih dan kaidah kebahasaan yang baik bukannya atas selera seseorang yang berkuasa. Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi ke masa depan demi perbaikan secara bertahap (gradual improvement).

TULISAN SOFTSKILL BAHASA INGGRIS 2 TULISAN KE 2

BAHASA INGRRIS 2                         NAMA            : ADE DAMAYANTI                         NPM               : 10...