Senin, 20 April 2015

TUGAS SOFTSKILL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

 

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo1b8ES4KEQdrFYd8stZbY9Wv4YeRYElZUxSC0QVq_A5Z1qF-EuvL3llVYiOLs9dO1oLMO4WDoC9qilaEe-Gq5jpMD12_qO03vCN1NzTEOlBq-e2mbEiMlPsoLku7zppsWv1TrhhIprkVH/s320/LOGO+GUNDAR.jpg

 

 

NAMA                       : ADE DAMAYANTI

NPM                           : 10213129

KELAS                      : 2EA33

DOSEN                      : SRI WALUYO

 

 

 

 

 

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2015


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas  PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ini tepat pada waktunya.Tugas PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ini disusun sebagai salah satu tugas perorangan pada Program Studi Universitas Gunadarma di Bekasi.

            Dalam menyusun tugas ini, saya banyak menerima bantuan baik berupa nasehat, dan petunjuk dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan  terima kasih kepada Bpk. Sri Waluyo selaku Dosen dan semua pihak yang sudah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

            Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan menyadari masih banyak kekurangan dari apa yang saya kerjakan, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih bagus dan sempurna.

 

 

 

 

 

                                                                                                            PENULIS

 

 

 

 

                                                                                                ( ADE DAMAYANTI )

 

 

 

 

 

 

 

ISI

1.      SUMPAH PEMUDA

Bangsa Indonesia pernah dijajah bangsa lain. Bangsa Belanda menjajah bangsa kita selama 350 tahun, bangsa jepang menjajah Bangsa Indonesia selama 3,5 tahun.

Pada zaman penjajahan itu kehidupan bangsa Indonesia sangat menderita. Penduduk Indonesia dipaksa kerja keras untuk kepentingan penjajah. Para penjajah sangat kejam. Mereka tidak segan-segan menyiksa rakyat Indonesia. Bahkan, telah beribu-ribu rakyat meninggal akibat kekejaman penjajah.

Bangsa Indonesia dipecahbelah agar mudah dijajah. Penjajah juga mengadu domba rakyat Indonesia. Karena bangsa Indonesia terpecah-pecah maka mudah sekali dijajah.

Semakin lama rakyat Indonesia semakin pandai. Banyak tokoh berhimpun untuk membentuk organisasi-organisasi. Mereka mulai menyadari akan pentingnya persatuan dan kesatuan yang kokoh untuk melawan penjajah.

Para pemuda di daerah-daerah bergabung membentuk perkumpulan untuk melakukan gerakan melawan penjajah di daerahnya.mereka memperjuangkan daerah masing-masing dalam melawan penjajah. Sehingga perjuangannya masih bersifat kedaerahan.

Organisasi pemuda yang pertama bernama Tri Koro Darmo. Lalu, bermuculan organisasi pemuda yang lain seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, dan Jong Ambon.

 

A.    Tri Koro Darmo

Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah ada dimulai sejak berdirinya Budi Utomo. Sebab para pendiri Budi Utomo, sebenarnya para pemuda yang masih menjadi murid-murid STOVIA. Namun sejak kongresnya yang pertama, Budi Utomo telah diambil oleh kaum priyayi (bangsawan) dan para pegawai negeri, sehingga para pemuda kecewa lalu keluar dari Budi Utomo. Organisasi yang pertama kali didirikan dikalangan pemuda ialah Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia). Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta dr.R.Satiman Wiryosandjoyo, Kadarman, Sunardi dan beberapa pemuda lainnya bermufakat untuk mendirikan perkumpulan pemuda yang mana diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah menengah yang berasal dari pulau Jawa dan Madura. Perkumpulan yang diberi nama Tri Koro Dharmo merupakan gerakan pemuda pertama yang sesungguhnya. Pada tahun itu juga didirikan cabang di Surabaya. Pada mulanya cabang Jakarta mempunyai lebih kurang 50 anggota. Majalah perkumpulannya juga bernama Tri Koro Dharmo yang diterbitkan buat pertama kalinya pada tanggal 10 November 1915. Tujuan perkumpulan yakni mencapai Jawa-Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Tri Koro Dharmo berarti tiga tujuan yang mulia : sakti, budhi, bakti.[1] 1. Budi artinya dengan kepribadian bangsa Indonesia mengusir kaum penjajah. 2. Bakti artinya seluruh rakyat Indonesia punya kewajiban menyerahkan jiwa raga untuk membela tanah air. 3. Sakti artinya dengan ilmu. [2] Dr.R.Satiman Wiryosanjoyo sebagai ketua, dia adalah seoarang mahasiswa kedokteran dimana, pada tahun 1912 untuk pertama kalinya ai menjadi berita, ketika dengan keras memprotes peraturan tentang pakaian disekolah kedokteran di Batavia. Para pelajar Jawa waktu itu diwajibkan mengenakan jarik (kain) dan udheng (ikat kepala). Sementara wakil ketuanya adalah Sunardi Wongsonegoro dan sekretarisnya adalah Sutomo. Sementara itu para anggotanya Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Adapun tujuan Tri Koro Dharmo adalah 1. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus perguruan sekolah guru, dan sekolah kejuruan. 2. Berusaha menambah pengetahuan para anggotanya 3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya Indonesia, khususnya Jawa. [3] Tujuan ini menyatukan dua prinsip dasar yang hidup di kalangan pemuda itu. Yang pertama adalah perlunya edukasi, penge­tahuan, pendidikan. Ini berarti pertama-tama pengetahuan Barat yang merupakan prasyarat mutlak kemajuan masyarakat Jawa. Pengetahuan mengenai ilmu dan teknologi Barat, pengetahuan tentang bahasa-bahasa Eropa merupakan kunci kemajuan. Yang kedua adalah cinta kepada budaya Jawa. Para pemuda priyayi itu menaruh hormat kepada tradisi Jawa, budaya nenek-moyang yang pernah menjadi penguasa-penguasa perkasa kerajaan Majapahit dan Mataram. Karena sifatnya yang sentris, Tri Koro Dharmo kurang dapat berkembang. Dalam kongres pertama yang diadakan di Solo 12 Juni 1918, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Perubahan ini di maksudkan untuk menghindari terjadinya perpecahan diantara para anggota Tri Koro Dharmo. Kegiatan Jong Java ini berkisar pada masalah sosial dan kebudayaan, misalnya pemberantasan buta huruf, kepanduan, kesenian. Jong Java tidak terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri urusan agama tertentu. Bahkan para anggotanya dilarang menjalankan politik atau menjadi anggota partai politik. Perubahan nama Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java tersebut dimaksudkan untuk mempermudah kerjasama antara para pemuda pelajar Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Dalam kongres tersebut menghasilkan dua keputusan penting tentang ruang lingkup keanggotaan dan nama organisasi serta mengenai kepengurusan. Adanya pendapat yang sama dalam hasil kongres yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah perubahan nama tersebut, dibutuhkan rasa solidaritas yang tinggi antar anggota, agar tidak terjadi perselisihan diantara anggotanya. Maka Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java, yang tidak merubah pendirian mereka untuk menyatukan Jawa Raya, hanya saja nama dari perkumpulan pemuda ini berubah menjadi Jong Java. Dengan berganti nama menjadi Jong Java organisasi ini mengalami kemajuan dibidang keanggotaannya, namun dalam perkembangannya masih terasa adanya azas kebudayaan Jawa Raya dengan menonjolkan kebudayaan Jawa Tengah. Tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa Jong Java tidak memperhatikan adanya kerja sama dengan organisasi pemuda lain, karena diantara organisasi-organisasi yang ada akan melakukan fusi untuk membentuk suatu persiapan menuju persatuan. Perubahan nama tersebut menunjukkan perubahan yang positif karena perhatiannya akan pentingnya pendidikan, kedudukan wanita, keolahragaan dan kepramukaan agar semakin maju dan berkembang.[4] Pada tahun 1919 diadakan kongres ke II yang diadakan di Yogyakarta yang dihadiri oleh banyak murid-murid Jawa dan sedikit anggota yang tidak tidak berbahasa Jawa. Namun dalam kongres ini dibicarakan beberapa hal besar antara lain: 1. Milisi untuk bangsa Indonesia 2. Mengubah bahasa Jawa menjadi lebih demokratis 3. Perguruan tinggi 4. Kedudukan wanita Sunda dan 5. Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat. Menurut anggaran dasar yang ditetapkan tahun 1920 pada kongres ke III, Jong Java bertujuan mendidik para anggota supaya ia kelak dapat memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. Dalam kongres ke V bulan Mei 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak mencampuri urusan politik, anggota-anggota dilarang menjalankan politik, atau menjadi anggota perkumpulan politik. Jong Java menjauhkan dirinya dari medan aksi dan propaganda politik. Diakui sebagai badan hukum oleh pemerintah setelah anggaran dasarnya diubah dan disesuaikan dengan permintaan pemerintah tahun 1923. Perkembangan gerakan politik ternyata juga menyeret Jong Java, Sehingga masalah ini menjadi hangat dalam kongres ke-VII tahun 1924. Ada usul supaya Jong Java tetap tidak dijadikan perkumpulan politik. Sikap ini disokong oleh H.Agus Salim yang mencoba memasukkan soal agama dalam Jong Java dengan pendapat bahwa soal agama ini adalah sangat besar pengaruhnya dalam mencapai cita-cita. Usul ini ditolak, yang setuju berpolitik kemudian mendirikan Jong Islamieten Bond. Dengan agama Islam sebagai dasar perjuangan. [5] Pada kongres Jong Java di Solo tahun 1926, anggaran dasar organisasi diperbaiki, di mana cita-cita dan orientasi Jong Java diarahkan untuk menghidupkan rasa persatuan dengan seluruh bangsa Indonesia, serta mengembangkan kerja sama dengan semua organisasi pemuda dalam rangka meningkatkan identitas ke Indonsia-an. Dalam tahun 1928, Jong Java berfungsi ke dalam organisasi Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). PPPI itu sendiri dibentuk pada tahun 1926 oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum (Rectschogescool). PPPI berasas kebangsaan (nasionalisme), dan bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jasa terbesar PPPI adalah memprakarsai persatuan dari seluruh organisasi atau perkumpulan kepemudaan bangsa Indonesia melalui fusi. [6] Jong Java yang saat itu menjadi organisasi besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap perkembangan nasional, maka fusi tersebut menjadi jalan awal untuk membentuk suatu kesatuan dan hasil dari fusi ini salah satunya adalah tercetuskannya Sumpah Pemuda yang mempunyai pengaruh besar atas simbol persatuan bangsa, karena Sumpah Pemuda tersebut merupakan hasil dari pemikiran-pemikiran para pemuda yang sudah terorganisir dan menjadi langkah awal persatuan Indonesia. Fusi yang dialakukan Jong Java mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan nasionalisme, karena dengan adanya fusi ini Jong Java tidak lagi berjuang sendiri untuk membentuk kesatuan, meskipun Jong Java dengan adanya fusi ini dinyatakan bubar namun tidak serta merta hilang bubar begitu saja, Jong Java tetap meneruskan tujuannya namun dengan wadah yang berbeda yaitu Indonesia Muda. Aktifitas Jong Java terhadap perkembangannya dapat di lihat dari keikutsertaannya dalam fusi yang tujuannya unutuk membentuk persatuan Indonesia yang labih megarah ke politik untuk mencapai kemerdekaan dan lepas dari Belanda. Sejalan dengan munculnya Jong Java berdiri pula perkumpulan-perkumpulan pemuda yang berdasarkan kedaerahannya seperti Pasudan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon dan Jong Celebes (Sulawesi) yang kesemuanya bercita-cita ke arah kemajuan Indondesia, terutama kemajuan budaya dan daerah masing-masing. Pada tahun 1929, Jong Java dibubarkan dan kemudian diganti dengan Indonesia Muda. Hal ini menandakan adanya perubahan cita-cita dan orientasi dari regionalisme menuju nasionalisme yang sebenarnya.[7]. Perkembangan Indonesia Muda juga menjadi perkembangan dari semua organisasi kepemudaan yang telah melebur menjadi satu seperti Jong Java, tujuan Indonesia Muda mempererat persatuan dikalangan pelajar-pelajar, dan untuk mencapai tujuan ini Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan memelihara persatuan, meskipun para anggota dari Indonesia Muda tidak berpolitik namun itu hanya kedok untuk mempertahankan Indonesia Muda untuk mewuudkan cita-cita persatuan.

b. Jong Sumatranen Bond

adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki enam cabang, empat di Jawa dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi.[1] Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.

Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi perdana Jong Sumatra.

Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.

Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus (centraal hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain. Keredaksian Jong Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie. Mereka ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah pendidikan Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra dipisahkan dari kepengurusan JSB meski tetap ada garis koordinasi. Pemimpin redaksi pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan.

Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum.

Sumatra memang dikenal banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak di antaranya yang mengawali karier organisasinya melalui JSB, seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di Padang 1916-1918. Kemudian ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan mulai mengurusi Jong Sumatra sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra inilah Hatta banyak menuangkan segenap alam pikirannya, salah satunya lewat karangan berjudul “Hindiana” yang dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920.

Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai Jong Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong pemikiran tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Kepekaan Yamin meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra no 4, th 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

c. Jong Celebes

Jong Celebes adalah organisasi pemuda yang menghimpun para pemuda pelajar yang  dari Selebes atau Pulau Sulawesi. Maksud dan tujuannya ialah mempererat rasa persatuan dari tali persasudaraan di kalangan  pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sulawesi. Tokoh-tokohnya misalnya Arnlod Monotutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta (yang kemudia dikenal dengan Ibu Sukanto, Kepala Kepolisian Wanita Negara RI pertama).

d. Jong Minahasa

Pemuda minahasa juga membentuk organisasi pemuda namanya Jong Minahasa. Organisasi ini didirikan pada tahun 1914 di Jakarta. Masih banyak organisasi pemuda Indonesia yang bermunculan saat itu seperti Jong Ambon dan Jong Batak.

Meskipun telah membentuk organisasi, namun perjuangan mereka selalu gagal. Hal ini disebabkan perjuangan mereka masih bersifat kedaerahan. Jong Java hanya berjuang untuk pulau Jawa. Jong Sumatranen Bond hanya berjuang untuk pulau Sumatera. Jong Celebes berjuang untuk pulau Sulawesi. Begitu pula Jong Minahasa, Jong Batak dan organisasi pemuda yang lain.

Akhirnya pada tanggal 30 April sampai dengan 2 mei 1926 mereka mengadakan rapat di Jakarta. Pesertanya adalah para pemuda dari Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond, dan organisasi pemuda dari seluruh wilayah Indonesia.

Mereka menyadari bahwa organisasi-organisasi dari berbagai pulau di Indonesia perlu bersatu.oleh sebab itu, para pemuda dari berbagai daerah mengdakan rapat akbar yang disebut dengan Kongres Pemuda Indonesia I. mereka membentuk persatuan dan kesatuan yang lebih besar dan bersifat nasional.

Tujuan Kongres Pemuda Indonesi I untuk membentuk sebuah organisasi pemuda yang lebih besar yang dapat menyatukan seluruh pemuda di Indonesia. Rapat dalam Kongres itu di pimpin oleh seorang pemuda yang bernama M. Tabrani, meskipun dalam kongres itu belum berhasil mendirikan organisasi pemuda secara nasional, mereka tetap berusaha. Mereka tidak pernah putus asa. Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1928 mereka berhasil mengadakan Kongres Pemuda II. Dalam Kongres Pemuda II inila mereka berhasil mencetuskan Sumpah Pemuda.


SUMPAH PEMUDA
 
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,TANAH INDONESIA
 
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,BANGSA INDONESIA
 
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,BAHASA INDONESIA
 
 

 


             

 

 

 

 

Kongres Pemuda II diawali pada bulan Juni1928. Pada waktu itu para pemuda membentuk sebuah panitia yang bertugas mempersiapkan Kongres Pemuda II. Panitia itu diketuai oleh Sugondo Joyopuspito dengan dibantu oleh Muhammad Yamin, Amir Syarifudin, dan Joko Marsaid.

Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu dihadiri oleh sekitar 750 utusan dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Dengan semangat nasional yang tinggi, mereka mengikuti kegiatan kongres.

Ada tiga kali rapat dalam kongres itu. Rapat pertama dilaksanakan di Gedung Pemuda Katolik. Rapat yang kedua dilaksanakan di Jalan Merdeka Utara No.14, dan rapat yang ketiga di Gedung Sumpah Pemuda Jakarta.

Dalam rapat itu juga disepakati adanya lagu kebangsaan Indonesia, yaitu lagu Indonesia Raya. Lagu itu diciptakan oleh W.R. Supratman. Beliau adalah seorang wartawan dan pecipta lagu. Di sela-sela siding, W.R. Supratman tampil membawakan lagu itu dengan gesekan biolanya.

REFERENSI

1.      CV. BINTAN MAKMUR ABADI BUKU LKS KELAS 3 SEKOLAH DASAR SEMESTER 1

2.      CV. BINTAN MAKMUR ABADI BUKU PAKET KELAS 3 SEKOLAH DASAR SEMESTER 1

3.      http://wartasejarah.blogspot.com/2014/06/gerakan-kepemudaan-tri-koro-dharmojong.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULISAN SOFTSKILL BAHASA INGGRIS 2 TULISAN KE 2

BAHASA INGRRIS 2                         NAMA            : ADE DAMAYANTI                         NPM               : 10...